13 November 2025

SUN Energy Hadirkan Solusi PLTS On-Grid, Off-Grid, dan Hybrid Tanpa Modal Awal

Kebutuhan energi di sektor industri Indonesia terus meningkat seiring pertumbuhan kapasitas produksi, ekspansi pabrik, dan penerapan digitalisasi proses manufaktur. Di tengah tren tersebut, efisiensi energi menjadi strategi utama untuk menjaga daya saing dan menekan biaya operasional.

Melihat tantangan tersebut, SUN Energy sebagai pengembang proyek energi surya terbesar di Indonesia, menghadirkan solusi PLTS dengan model pembiayaan inovatif, tanpa biaya awal bagi pelaku industri yang tertarik menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Skema yang dikenal dengan sistem sewa atau BOT (Build, Own, Transfer) ini memungkinkan perusahaan industri beralih ke energi bersih tanpa perlu mengeluarkan modal awal, sekaligus menurunkan pengeluaran listrik hingga 30-40% per tahun, tergantung kapasitas sistem dan pola konsumsi energi.

PLTS sebagai Strategi Efisiensi dan Ketahanan Energi

Menurut data yang dirilis oleh PT PLN (Persero), tarif listrik per kWh untuk pelanggan industri besar (golongan I-4) berada di kisaran Rp996,74 per kWh, sementara untuk industri menengah (I-3) berkisar Rp1.035-1.114 per kWh, tergantung wilayah dan waktu pemakaian.

Dengan kebutuhan energi yang terus meningkat, biaya tersebut dapat membebani perusahaan hingga miliaran rupiah per tahun. Terlebih, sebagian besar aktivitas industri berlangsung pada siang hari, saat beban listrik mencapai puncak. Di sinilah PLTS menjadi solusi strategis, karena teknologi ini mampu menghasilkan listrik di waktu yang sama ketika konsumsi energi mencapai puncak.

Biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan PLTS bervariasi dan dapat berbeda-beda untuk tiap perusahaan, tergantung wilayah serta pola konsumsi energi. Perkiraan biaya pemasangan PLTS di perumahan berkapasitas 1.150 Watt peak sekitar Rp25 juta, atau setara dengan sekitar Rp21,7 juta per kiloWatt peak (kWp). Jika dikonversi ke skala industri berkapasitas 1 MegaWatt peak (1.000 kWp), total kebutuhan investasinya kurang lebih sekitar lebih dari Rp20 miliar. Meskipun biaya untuk pemasangan di industri relatif lebih kecil dari perhitungan tersebut.

Nilai ini menggambarkan estimasi besarnya modal yang perlu disiapkan perusahaan sebelum beralih ke energi surya, faktor yang sering menjadi pertimbangan utama bagi pelaku industri, meski manfaat efisiensi jangka panjangnya sangat signifikan.

Solusi PLTS Tanpa Modal Awal dari SUN Energy

Untuk menjawab tantangan tersebut, SUN Energy menawarkan skema Zero Investment, model pembiayaan PLTS yang memungkinkan mitra pelanggan dari sektor industri memanfaatkan listrik energi surya tanpa harus mengeluarkan biaya instalasi di awal. 

Dalam skema ini, seluruh investasi, operasional, dan perawatan ditanggung oleh SUN Energy, sementara mitra  cukup membayar biaya sewa per bulan. listrik yang dihasilkan PLTS dengan tarif per kWh yang lebih rendah dibanding listrik dari jaringan listrik nasional setiap bulannya. Melalui skema ini, perusahaan berpeluangmenghemat hingga 30-40 persen biaya energi, tergantung pada kapasitas sistem dan pola konsumsi listrik harian.

Sistem PLTS yang dikembangkan SUN Energy pun dirancang fleksibel sesuai kebutuhan operasional industri, baik dalam konfigurasi on-gridoff-grid, maupun hybrid. Pada sistem on-grid, PLTS terhubung langsung dengan jaringan listrik nasional untuk memastikan pasokan daya tetap stabil. Sementara sistem off-grid cocok untuk lokasi industri yang bergantung pada genset diesel, karena mampu beroperasi secara mandiri dengan dukungan baterai penyimpanan energi.

Adapun sistem hybrid menggabungkan keunggulan keduanya, memanfaatkan energi surya secara optimal di siang hari, dan secara otomatis beralih ke jaringan nasional atau baterai saat cuaca mendung atau malam hari. Pendekatan ini memberi industri fleksibilitas tinggi untuk beralih ke energi bersih tanpa mengubah sistem kelistrikan yang sudah ada dan tanpa risiko gangguan terhadap operasional.

Kontribusi terhadap Efisiensi dan Dekarbonisasi Nasional

Selain memberikan manfaat finansial, penerapan PLTS berperan besar dalam meningkatkan efisiensi energi industri dan mendukung agenda transisi energi nasional. Dengan memanfaatkan energi surya pada jam-jam puncak siang hari, industri dapat menurunkan konsumsi listrik dari jaringan utama dan mengurangi beban puncak nasional. Berdasarkan laporan International Renewable Energy Agency (IRENA), biaya pembangkitan listrik tenaga surya skala utilitas telah turun sekitar 90% sejak 2010, menjadikannya salah satu sumber energi paling ekonomis di dunia.

Dari sisi keberlanjutan, pemanfaatan PLTS juga sejalan dengan arah kebijakan transisi energi nasional. Menurut analisis Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Indonesia menargetkan penambahan 75 GW kapasitas energi terbarukan hingga 2040, yang sebagian besar akan didorong oleh pembangkit listrik tenaga surya. Sementara itu, Climate Action Tracker mencatat rencana Indonesia untuk meningkatkan porsi energi terbarukan on-grid menjadi 44% pada 2030 dan mencapai net zero pada 2050.

Dengan dukungan model bisnis Zero Investment, sistem teknologi yang fleksibel, dan pengalaman implementasi di ratusan lokasi industri, SUN Energy menegaskan posisinya sebagai mitra strategis bagi sektor manufaktur, logistik, dan kawasan industri dalam perjalanan menuju operasi yang lebih efisien dan berkelanjutan. 

***

Referensi:

  1. https://web.pln.co.id/statics/uploads/2025/09/TW-4-2025.jpeg 
  2. https://www.dunia-energi.com/berkat-digitalisasi-pasang-plts-makin-praktis/ 
  3. https://www.irena.org/-/media/files/irena/agency/publication/2024/sep/irena_renewable_power_generation_costs_in_2023_executive_summary.pdf 
  4. https://ieefa.org/sites/default/files/2025-06/IEEFA_Realizing%20Indonesia%E2%80%99s%20Ambitious%20RE%20Goals%20Calls%20for%20a%20New%20Approach%20June2025.pdf 

https://climateactiontracker.org/documents/1322/CAT_2025-06_Briefing_1-5CompatibleTargets_Indonesia.pdf