Skema transisi energi yang kini gencar dilakukan bermula dari ketersediaan sumber daya terbatas yang kian menipis. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi menyebutkan bahwa kapasitas sumber energi yang saat ini Indonesia memiliki sebesar 70,96 Gigawatt (GW).
Dari kapasitas energi tersebut, 35,36% energi berasal dari batu bara, 19,36% berasal dari gas bumi, 34,38% bersumber dari minyak bumi, dan sebesar 10,9% dari energi baru terbarukan.
Energi baru terbarukan di dalamnya termasuk energi matahari yang dimanfaatkan dalam sebuah sistem bernama Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sistem ini berperan sebagai alternatif pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
Statistik dari Kementerian ESDM menyebutkan bahwa Indonesia memiliki total potensi energi surya yang dapat dikembangkan sebesar 32,5 GW. Dimana pada akhir tahun 2020 terdata bahwa kapasitas PLTS nasional yang terpasang berada pada besaran angka 153,5 MW.
Ragam strategi pemanfaatan energi surya terimplementasikan dalam bentuk PLTS, di antaranya PLTS atap, PLTS ground-mounted, dan PLTS terapung.
PLTS merupakan pembangkit listrik yang mengandalkan energi matahari sebagai energi utamanya, dimana matahari akan menghasilkan sel surya yang diserap oleh panel surya, hingga melalui proses yang menghasilkan tenaga listrik.
Selain menjadi energi alternatif penghasil listrik, manfaat dari PLTS lainnya ialah nilai green product yang diusung, dikarenakan sumber utamanya bukan dari bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan emisi gas buang dan berpotensi merusak lingkungan. Selain itu, pemakaian PLTS ditaksir dapat menekan biaya listrik penggunanya.
Baca juga : INFO LENGKAP : Fungsi Inverter Pada Sistem Energi Surya
PLTS adalah pembangkit listrik yang mengubah energi matahari menjadi listrik dengan solar photovoltaic system, dimana panel surya sebagai komponen utama akan menyerap sel surya atau fotovoltaik yang kemudian dikontrol oleh teknologi solar inverter atau solar change controller. Oleh sebab itu, daya listrik yang dihasilkan lebih mudah diatur untuk dialirkan pada beban.
Selanjutnya, penerapan daya listrik tersebut dapat digunakan dengan berbagai pilihan:
PLTS langsung terhubung dengan peralatan yang menggunakan listrik langsung, seperti lampu dan pompa air. Disisi lain, televisi dan lemari es menggunakan listrik yang diubah menjadi bentuk yang lebih cocok, sehingga mereka termasuk dalam peralatan yang menggunakan listrik arus bolak-balik (AC). Pada metode tidak langsung, PLTS disambungkan dengan media penyimpanan seperti baterai (bila ada) agar dapat dengan mudah dipakai ketika listrik dari jaringan nasional terputus.
Berdasarkan mode pengoperasian, PLTS dibagi menjadi On-Grid dan Off-Grid. Sistem On-Grid tidak terhubung dengan jaringan listrik nasional, berbeda dengan Off-Grid yang terhubung dengan jaringan listrik nasional. Off-Grid umumnya memakai komponen baterai, dan On-Grid tidak menggunakan baterai.
Sebelumnya, telah disebutkan macam dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya, beberapa di antaranya yang umum dipasang di Indonesia adalah:
Peraturan Menteri ESDM No 16 tahun 2019, mendefinisikan PLTS Atap sebagai proses pembangkitan tenaga listrik menggunakan modul fotovoltaik, yang diletakkan di atap, dinding, atau bagian lain dari bangunan milik pelanggan. Kapasitas PLTS Atap yang sudah terpasang di Indonesia pada pangsa pasar yang bergerak di sektor industri tercatat hingga 17,7 MW per tahun 2023.
PLTS di atas permukaan tanah atau ground mounted dibangun dengan sistem pertanahan dimana peralatan yang digunakan menggunakan rod tembaga. Dalam sistem ini terdapat pula penangkal petir yang berfungsi untuk melindungi peralatan PV Array dan rumah baterai atau inverter yang dapat menangkal petir.
PLTS Terapung adalah instalasi PLTS pada permukaan badan air (waduk atau danau), yang memiliki data potensi pengembangan mencapai 26,65 GW dan tersebar di 271 lokasi di Indonesia pada 2021. Perancangan teknis instalasinya hampir serupa dengan PLTS ground-mounted. Perbedaannya bisa dilihat dari tambahan struktur pengapung (float), penjangkaran (anchoring), dan penambatan (mooring).
PLTS adalah sistem pembangkit listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari, melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem fotovoltaik mengubah radiasi sinar matahari menjadi listrik. Semakin tinggi intensitas radiasi matahari yang mengenai sel fotovoltaik, maka semakin tinggi daya listrik yang dihasilkannya.
Berikut adalah proses pengumpulan energi matahari pada PLTS yang terkonversi menjadi tenaga listrik:
Pembangkit listrik tenaga surya perlu dirancang dengan komponen baterai untuk menyimpan energi, dikarenakan sumber energi surya bersifat intermiten (atau tidak tersedia secara terus menerus). Hal ini dapat mempengaruhi listrik yang dihasilkan, seperti fenomena awan dan bayangan (shading) pohon atau bangunan yang menghalangi radiasi matahari ke panel surya.
Fungsi penyimpanan seperti baterai memberikan perlindungan bagi pelanggan dari ketidakstablilan energi listrik yang dihasilkan dari PLTS, yang dikhawatirkan dapat merusak peralatan listrik jika langsung digunakan tanpa baterai.
Sistem jaringan distribusi bagi PLTS dibedakan oleh desain sistemnya. Pertama terpusat (dalam satu area), yang memiliki sistem untuk menyalurkan daya listrik ke beban, dan kedua secara tersebar yang tidak memiliki sistem jaringan distribusi (sehingga setiap pelanggan memiliki sistem PLTS tersendiri).
Pada Tahun 2021, Indonesia telah menghasilkan kurang lebih 259,1 juta ton gas karbondioksida (CO2) emisi gas rumah kaca (GRK), dimana energi fosil menjadi salah satu penyumbang terbesarnya. Sementara itu, teknologi yang digunakan oleh sistem PLTS menghasilkan net zero emission yang tentunya ramah lingkungan.
Daya listrik yang dihasilkan sama dengan tenaga listrik konvensional yang menggunakan energi tak terbarukan, dengan ragam pelanggan dari sektor rumah tangga, bisnis, pemerintah, sosial maupun industri. Daya guna dari tenaga listriknya mampu menjalankan elektronik rumahan sampai dengan mesin-mesin besar.
Perkembangan teknologi serta tumbuhnya pasar pada industri PLTS, memberi imbas tren harga yang cenderung menurun pada komponen utama, demikian pula biaya jasa instalasinya. Selain itu, PLTS juga dapat melakukan penghematan energi sebesar 20 kWh pada pemakaiannya.
SUN Energy merupakan Solar Developer nomor satu di Indonesia yang berperan serta dalam pemanfaatan dan pengelolaan energi terbarukan untuk mencapai ketahanan dan kemandirian energi, khususnya energi surya.
Kami di SUN Energy mengajak Anda sebagai pelaku industri dalam mendukung pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) menuju Indonesia Bebas Emisi Karbon pada tahun 2060. Anda juga dapat menghitung pengeluaran listrik perusahaan anda pada halaman berikut ini : https://sunenergy.id/project/inquiry
Segera hubungi Kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, melalui:
Whatsapp: http://wa.me/+62881012251888
Email: marketing@lifewithsun.com