Teknologi Tak Ramah Lingkungan: Pengertian dan Solusi Mengatasi Dampaknya
Jika berbicara mengenai teknologi tidak ramah lingkungan, hampir semua orang setidaknya pernah mendengarnya, lantaran topik satu ini sudah dipelajari sejak duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan dalam kehidupan sehari hari, gaya hidup (lifestyle) manusia yang cenderung serba praktis dan nyaman memiliki dampak buruk terhadap lingkungan. Dapat dikatakan, bahwa seluruh aktivitas manusia masih hidup berdampingan dengan penggunaan teknologi tak ramah lingkungan tersebut. Jadi, apa sih yang dimaksud dengan teknologi tak ramah lingkungan? Dan bagaimana solusi untuk mengatasinya? Simak informasi berikut ini.
Mengenal Lebih Jauh Teknologi Tak Ramah Lingkungan
Untuk memahami teknologi tak ramah lingkungan, Anda bisa melihat kendaraan sehari hari yang digunakan, seperti moda transportasi layaknya motor, mobil, atau angkutan umum. Perhatikan asap yang keluar dari knalpot kendaraan. Asap tersebut terkadang sama hitamnya dengan air comberan yang keruh.
Teknologi atau mesin yang digunakan oleh kendaraan dengan emisi asap hitam tersebut yang dimaksud sebagai teknologi tak ramah lingkungan. Emisi karbon yang dihasilkan dari kendaraan bermotor ini berbahaya bagi kehidupan manusia, karena berpotensi merusak lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil dalam kegiatan sehari-hari setidaknya berkontribusi hampir sebesar ⅔ emisi gas rumah kaca yang diproduksi global.
Emisi gas rumah kaca merupakan salah satu penyumbang pencemaran udara terbesar yang berdampak buruk tidak hanya untuk lingkungan, tetapi dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan manusia. Perubahan iklim yang tidak menentu juga dapat terjadi karena hal ini, sehingga berisiko mengakibatkan banjir, ketidakstabilan cuaca maupun ekonomi, sampai dengan kelaparan.
Apabila penggunaan teknologi tak ramah lingkungan ini terus digunakan, maka emisi gas rumah kaca akan berdampak pada peningkatan suhu bumi dan pemanasan global. Terjadinya pemanasan global tentu bisa sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi.
Macam Macam Teknologi Tak Ramah Lingkungan
1. Mesin Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor memberikan banyak manfaat guna menunjang mobilitas kehidupan sehari hari. Seiring dengan perkembangan zaman, sektor transportasi pun meningkat secara pesat di Indonesia. Jumlah kendaraan terus bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2018 total kendaraan di Indonesia berjumlah 126.508.776 yang terdiri dari mobil penumpang 14.830.698, bus 222.872, mobil barang 4.797.254, dan sepeda motor 106.657.952 kendaraan. Dengan pertumbuhan kendaraan bermotor ini berdampak pada peningkatan penggunaan bahan bakar minyak (BBM), sehingga gas buang (emisi) kendaraan juga bertambah.
Emisi kendaran bermotor ini berbahaya, karena mengandung gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat lain (Particulate Matter/PM) yang berdampak negatif pada manusia maupun lingkungan jika melebihi ambang konsentrasi tertentu. Satu kendaraan bermotor yang menempuh jarak 1 km, setidaknya akan menghasilkan 200 gram emisi karbon (CO2). Bayangkan, betapa besar emisi karbon yang dihasilkan dalam jangka panjang di Indonesia dengan total kendaraan yang mencapai lebih dari 126.000 dan terus meningkat setiap tahunnya.
2. Semprotan Aerosol
Penggunaan semprotan aerosol sebagai teknologi tak ramah lingkungan terbilang sangat tinggi penggunaannya dalam kehidupan sehari hari. Anda dapat melihat penggunaannya pada pengharum ruangan model semprot, parfum, obat nyamuk, dan lain sebagainya. Tentu Anda sudah tidak asing lagi melihat barang-barang ini, atau bahkan Anda sendiri juga telah menggunakannya?
Semprotan aerosol merupakan semprotan yang memanfaatkan tekanan gas guna menyemprotkan cairan yang ada di dalamnya. Meski terlihat tidak memiliki dampak apapun, namun bahan yang digunakan sebagai gas pendorong adalah chloro fluoro carbon (CFC). Jika senyawa ini terlepas ke udara, gas CFC akan mengendap dan membuat lapisan ozon menipis. Saat lapisan ozon menipis atau berlubang, lapisan ozon tidak dapat menahan atau melindungi bumi dari sinar UV matahari yang berbahaya bagi manusia. Hal ini dapat menimbulkan risiko kanker kulit hingga terganggunya iklim dan cuaca yang ada di bumi.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Konvensional
Energi listrik sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Di era serba digital, teknologi memerlukan energi listrik sebagai sumber daya, contohnya untuk mengaktifkan perangkat elektronik seperti, telepon genggam (handphone), notebook, laptop, dan lain-lain. Penggunaan energi listrik untuk ini dapat memproduksi emisi karbon yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit listrik. Sampai dengan tahun 2018, kapasitas pembangkit tenaga listrik mencapai 64,5 GW atau telah mengalami kenaikan sebesar 3% dibandingkan dengan kapasitas pada tahun 2017.
Namun, kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mayoritas atau 50% nya masih berasal dari pembangkit energi fosil, khususnya batubara. Kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, penduduk, dan perkembangan sektor industri. Penggunaan energi fosil akan menghasilkan limbah berupa gas CO2 yang menyebabkan radiasi sinar infra merah dari bumi kembali ke permukaan bumi sehingga dapat menyebabkan pemanasan global. Selain itu, penggunaan energi fosil sebagai sumber utama pembangkit listrik, juga dapat berakibat pada penipisan cadangan sumber daya alam, seperti minyak, batubara, dan gas. Sehingga sangat penting bagi kita untuk mulai beralih menggunakan energi baru dan terbarukan sebagai sumber pembangkit listrik.
Solusi Mengatasi Dampak Teknologi Tak Ramah Lingkungan
Menyadari banyaknya dampak negatif yang dapat terjadi akibat penggunaan teknologi tak ramah lingkungan, kini terdapat banyak sekali berbagai macam cara untuk menemukan teknologi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Mulai dari penggunaan CFC untuk semprotan aerosol yang kini sudah dilarang dan digantikan dengan bahan baku yang lebih bersahabat dengan lingkungan seperti DME, HFA, atau propana.
Sedangkan penggunaan teknologi tak ramah lingkungan pada kendaraan bermotor, perlahan lahan sudah mulai dapat teratasi dengan masuknya perkembangan teknologi dari mobil listrik (electric vehicle). Lalu bagaimana dengan pembangkit listrik tenaga konvensional yang saat ini masih mayoritas digunakan sebagai sumber daya utama?
Solusi Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Jika saat ini Anda masih menggunakan pembangkit listrik tenaga konvensional maupun tenaga lainnya yang tidak ramah lingkungan, Anda dapat mulai beralih memanfaatkan energi baru dan terbarukan sebagai sumber utama pembangkit listrik dengan menggunakan panel surya. Pembangkit listrik tenaga surya memanfaatkan energi dari sinar matahari, yang dikonversikan menjadi energi listrik. Energi surya tidak menimbulkan emisi karbon berbahaya, sehingga aman untuk digunakan. Selain aman, energi surya tersedia dengan jumlah yang tidak terbatas dan dapat diperoleh secara gratis.
Informasi dan spesifikasi panel surya sebagai teknologi ramah lingkungan untuk menghasilkan energi listrik, dapat Anda lihat disini (Pembangkit Listrik Tenaga Surya DP 0%). Jadi tunggu apa lagi? Tidak hanya Anda dapat berkontribusi bagi lingkungan berkelanjutan dengan menggunakan energi surya, Anda juga dapat menghemat tagihan listrik bulanan. Segera hubungi SUN Energy untuk instalasi sistem tenaga surya yang ramah lingkungan bergaransi 25 tahun dan rasakan langsung berbagai manfaatnya!
Segera hubungi Kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, melalui:
Whatsapp: http://wa.me/+62881012251888
Email: marketing@lifewithsun.com